Home » » Eksotisme Merbabu, Sabana dan Awan yang Merindu

Eksotisme Merbabu, Sabana dan Awan yang Merindu




Ini pertama kalinya saya mendaki gunung di Jawa Tengah, yaitu gunung Merbabu. Gunung dengan ketinggian 3142 mdpl ini cukup membuat saya terkesima. Jika cuaca sedang cerah, kita akan disuguhkan dengan pemandangan beberapa puncak gunung di sekitarnya, seperti Merapi, Sindoro, Sumbing, Slamet, Andong, Prau dan Lawu. Untuk mendaki Gunung Merbabu, kita bisa melewati beberapa jalur, yaitu via Selo, Wekas, Thekelan dan Cunthel. Dalam pendakian kali ini saya memilih melewati jalur Wekas, karena menurut informasi yang saya baca, pendakian via jalur Wekas sedikit lebih mudah dan jalurnya pun terlihat lebih jelas. Saat itu kami berencana untuk mendaki Merbabu saja, karena pendakian Merapi sedang ditutup. Kami menititpkan motor kami di Wekas, sehingga kami berangkat lewat jalur Wekas dan turun kembali ke Basecamp Wekas.
Tepatnya tanggal 27 Agustus 2015 saya berangkat menggunakan sepeda motor dari Surabaya bersama Rudi. Perjalanan panjang hampir 10 jam kami tempuh dari Surabaya menuju Magelang. Cukup melelahkan, namun gunung tak pernah membuat kami putus asa. Kami sudah membuat janji dengan beberapa teman dari Malang untuk bertemu di basecamp Wekas. Mereka sudah sampai sejak pagi, namun kami baru sampai di basecamp Wekas sekitar jam 11.00 siang. Seperti cerita di Rinjani, mereka meninggalkan kami, mereka menulis pesan diselembar kertas yang ditempelkan di kaca Basecamp “Nene dan Rudy, kita berangkat duluan ya”. Kami tersenyum kecut membaca pesan itu, namun lagi lagi gunung tak pernah membuat kami putus asa sekalipun harus mendaki sendiri tanpa tau medan dan jalannya.
Siang itu dingin sekali, kabut tipis sudah menyelimuti area basecamp, sedikit mendung namun tidak hujan. Perjalanan kami mulai pukul 13.00 siang. Sebelum sampai ke perkebunan milik warga, kita akan terlebih dahulu melewati rumah warga dengan jalan yang cukup menanjak, sampai akhirnya kita akan melewati pemakaman sebagai tanda bahwa kita mulai memasuki hutan yang tidak terlalu lebat. Bagi kami track di Merbabu tidak terlalu sulit, jalannya pun sangat lebar dan kelihatan, sehingga bagi yang belum pernah kesana tidak perlu takut kesasar, namun kemarau yang sudah lama melanda membuat jalan ini penuh dengan debu, debu yang halus dan sangat tebal, sehingga sangat membuat hidung dan mata kami terganggu.
Kami sangat menikmati perjalanan itu, perjalanan yang tidak terlalu panjang, hanya sekitar 3 jam kami sudah sampai di pos 2, yaitu tempat para pendaki mendirikan tenda. Bagi saya, pos 2 sangat nyaman untuk ngecamp, selain tempatnya yang luas, disini juga ada mata air yang airnya sangat segar, namun perlu berhati-hati karena disini banyak monyet berkeliaran, jika kita lalai maka bersiaplah untuk kehilangan logistik.



Pukul 16.00 kami sampai di pos 2, beberapa teman dari Malang menyambut kami dengan ramah, mereka menebus kesalahannya karena meninggalkan kami dengan membuatkan makanan dan minuman hangat. Sambil menikmati sunset yang hampir tenggelam, kami mendirikan tenda, kemudian menikmati makanan yang sudah disiapkan oleh teman-teman, dan setelah itu kami memilih untuk tidur lebih cepat. Perjalanan dengan motor hampir 10 jam membuat kami tidak tidur semalaman, perjalanan itu pun masih harus dilanjutkan dengan tracking berjam-jam menuju pos 2. Wajarlah jika kami memilih untuk lebih cepat beristirahat. 
Angin malam di Merbabu sangat kencang dan cukup dingin. Keadaan tersebut cukup menganggu kualitas tidur kami, terlebih kami harus bagun pagi untuk summit dan menyapa sunrise di puncak Merbabu. Kami bangun pukul 04.00, rasanya masih ngantuk, capek dan dingin. Ya, menikmati sunrise di gunung memang butuh perjuangan ekstra jika dibandingkan dengan sunrise di pantai yang hanya cukup dengan duduk santai. Di gunung kita harus melawan rasa malas agar bangun lebih pagi, dan harus berani menghadapi hawa dingin yang membuat tulang-tulang berasa ngilu, ditambah lagi harus siap melangkahkan kaki, berjalan ber-jam jam lagi untuk sampai di puncak.  
Bersama 5 teman dari Malang, Adit, Kadek, Jikin, Kiki dan Ardian, kami mulai melangkahkan kaki. Diluar dugaan kami, ternyata dari pos 2 menuju puncak Merbabu sangat jauhh karena kami masih harus berjalan berjam-jam lagi. Disamping memang Merbabu memiliki banyak puncak, namun puncak Kentheng Songo yang merupakan puncak tertinggi Merbabu yang menjadi tujuan utama kami ternyata harus ditempuh sekitar 4 jam lagi. Selama perjalanan menuju puncak kita akan melewati beberapa bukit, bahkan ada satu medan tersulit selama pendakian Merbabu yaitu di jembatan setan, untuk melewatinya kita harus merambat menggunakan tali untuk melewati tebing ini sebelum akhirnya sampai di puncak. Perjalanan yang cukup melelahkan, namun pemandangan yang disuguhkan selama diperjalanan akan membuatmu terus bersemangat. 


 

Setelah selangkah demi selangkah kami berjalan, tepat pukul 09.00 sampailah kami di puncak Kentheng Songo, puncak tertinggi Merbabu. Subhanallah, saya tak menyangka bahwa pemandangan dipuncak Merbabu bakal sekeren dan seindah ini. Disini kami dusuguhkan pemandangan puncak Merapi, Sindoro, Sumbing, Selamet, Andong, Lawu dan Prau, semua puncaknya terlihat jelas dari puncak Merbabu. Langit pun terlihat cerah, benar-benar serasa diatas awan. Saya benar-benar menikmati keindahan ini. Ketika semua teman-teman sedang asyik berfoto, saya memilih untuk tidur menatap langit. Menikmati semilir angin, mengintip birunya langit, meresapi kedamaian, dan pada akhirnya puncak gunung benar-benar telah mencuri hati saya. 




Setelah puas menikmati kedamaian itu dan tidak ingin ketinggalan moment-moment terbaik, saya pun segera bangun, mengambil kamera dan bernarsis ria seperti teman-teman lainnya, karena mengambil foto memang kegiatan wajib ketika di puncak, hehe. Setelah puas kami berfoto, kami bersiap untuk turun kembali lewat Wekas, karena kami meninggalkan barang dan tenda kami di pos 2. Setelah berjalan hampir 3 jam, sampailah kami di pos 2, kami beristirahat sebentar dan kemudian memasak. Setelah merasa kenyang, kami segera packing dan bersiap untuk turun, agar sampai di basecamp tidak terlalu malam.
Kami turun jam 16.00, perjalanan turun memang selalu lebih cepat, sehingga tidak sampai 2 jam kami sudah sampai di basecamp Wekas. Saat itu matahari sudah tenggelam, hawanya sangat dingin, namun saya memberanikan diri untuk mandi agar terlihat bersih dan tidak kotor ketika di Jogjakarta, hehe. Ya, kami memang berencana melanjutkan perjalanan ke Jogjakarta, karena jaraknya tidak terlalu jauh, hanya 1,5 jam untuk sampai ke Malioboro.
  
Estimasi Biaya :
Ø  Jika menggunakan motor matic, bensin dari Surabaya – Basecamp Wekas Magelang : sekitar 180rb (PP)
Ø  Jika menggunakan kereta api, arek petualang dari Jawa Barat bisa menggunakan kereta api dari Stasiun Senen Jakarta dan turun di Stasiun Poncol Semarang. Begitu juga dari Jawa timur, bisa menggunakan kereta api dari Stasiun Pasar Turi Surabaya dan turun di Stasiun Poncol Semarang. Sesampainya di Stasiun Poncol, kita bisa naik bus kota menuju Terminal Terboyo dan dilanjutkan dengan bus jurusan Solo-Semarang turun di Salatiga (pasar sapi). Kemudan naik bus kecil arah Magelang, dan kita tinggal minta ke kernet bus untuk diturunkan di Wekas, Thekelan atau Cunthel.
menggunakan transportasi darat kereta api, dari jawa barat naik kereta api Tawang Jaya dari stasiun Senen Jakarta menuju stasiun Poncol Semarang. Jawa Timur naik kereta api dari stasiun pasar turi menuju Poncol Semarang. Sesampainya di stasiun poncol ini kita naik bus kota menuju terminal Terboyo, dilanjutkan dengan bus jurusan Solo-Semarang turun di kota Salatiga (pasar sapi),dengan bus kecil arah magelang. Sepanjang perjalanan naik bus kecil arah magelang kita bisa bilang ke kernet bus untuk turun salah satu dari tiga jalur jalur pendakian yang mau kita tuju Thekelan, Cunthel, atau Wekas. - See more at: http://www.catatanhariankeong.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-merbabu.html#sthash.t0RlVtAl.dpuf

Sumber: http://www.catatanhariankeong.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-merbabu.html
Muhammad Chamdun
menggunakan transportasi darat kereta api, dari jawa barat naik kereta api Tawang Jaya dari stasiun Senen Jakarta menuju stasiun Poncol Semarang. Jawa Timur naik kereta api dari stasiun pasar turi menuju Poncol Semarang. Sesampainya di stasiun poncol ini kita naik bus kota menuju terminal Terboyo, dilanjutkan dengan bus jurusan Solo-Semarang turun di kota Salatiga (pasar sapi),dengan bus kecil arah magelang. Sepanjang perjalanan naik bus kecil arah magelang kita bisa bilang ke kernet bus untuk turun salah satu dari tiga jalur jalur pendakian yang mau kita tuju Thekelan, Cunthel, atau Wekas. - See more at: http://www.catatanhariankeong.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-merbabu.html#sthash.t0RlVtAl.dpuf

Sumber: http://www.catatanhariankeong.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-merbabu.html
Muhammad Chamdun
Ø  Jika menggunakan bus, baik yang dari Jawa Barat atau Jawa Timur kita bisa naik bus langsung jurusan Magelang dan turun di Terminal  Tidar Magelang. Sesampainya di terminal, jika beramai-ramai kita bisa memilih untuk sewa mobil bak terbuka (200rb) yang siap mengantarkan sampai Basecamp Wekas. Atau jika orang sedikit, kita bisa naik angkot turun di gapura wekas kecamatan pakis kemudian lanjut dengan naik ojek (25rb) sampai ke basecamp Wekas.
Ø  Biaya perijinan : 10rb/orang/mendaki

Estimasi Waktu Perjalanan :
Ø  Dari Surabaya ke Magelang : 11 jam (menggunakan motor)
Ø  Dari Basecamp ke pos 2 (tempat camp) : 3 jam
Ø  Dari pos 2 (tempat camp) ke puncak : 4 jam
Ø  Total waktu pendakian : 2 hari 1 malam

NB :
Ø  Di pos 2 terdapat mata air. Sehingga kita tidak perlu membawa banyak air dari basecamp.
Ø  Gunung Merbabu termasuk gunung dengan hawa yang cukup dingin dan anginnya yang kencang, jadi bawalah perlengkapan yang memadai, seperti jaket, Sleeping Bag dan Tenda lengkap dengan covernya.
Ø  Jika tidak berencana ke Merapi, maka ketika akan summit kita bisa meninggalkan peralatan pendakian di pos 2 jalur Wekas. Jika berencana langsung ke Merapi, maka arek petualang harus menggunakan carrier sampai ke puncak, karena akan turun lewat Selo.