Home » » Menyapa Ketinggian Gunung Slamet

Menyapa Ketinggian Gunung Slamet





Gunung Slamet, mungkin tidak terlalu asing untuk arek petualang, khususnya mereka yang memang hoby mendaki gunung. Gunung Slamet merupakan gunung tertinggi di Jawa tengah, dan merupakan gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa setelah Semeru. Ketinggiannya mencapai 3428 mdpl, dan termasuk gunung berapi yang masih aktif. Alhamdulillah, belum genap dua bulan saya turun dari Gunung Merbabu, saya diberi kesempatan untuk kembali melangkahkan kaki, dan tujuan saya jatuh pada Gunung Slamet. Tepat tanggal 16 September 2015 saya dan Rudy berangkat dari Surabaya dengan menggunakan kereta Logawa. Kami berangkat dari stasiun Gubeng Surabaya dan turun di Stasiun Purwokerto.
Sesampainya di stasiun kami menyewa mobil avanza untuk mengantar kami ke terminal yang jaraknya hanya 15 menit. Saat itu memang sudah malam, sudah tidak ada bus yang berangkat menuju pertigaan serayu, sehingga kami memutuskan untuk tidur di terminal. Pukul 5 pagi kami bangun, setelah mandi dan bersiap-siap, kami langsung mencari bus jurusan Purbalingga, dan turun di pertigaan Serayu.  Perjalanan yang kami tempuh dari Terminal ke pertigaan Serayu sekitar 1,5 jam.
Sesampainya di pertigaan Serayu kita tak perlu khawatir, karena banyak ojek dan mobil yang ngetem dan siap mengantar para pendaki sampai ke basecamp Bambangan. Setelah sekitar 45 menit perjalanan, sampailah kami di basecamp Bambangan. Disana kami bertemu beberapa rombongan dari Jakarta, sehingga kami sepakat untuk mendaki bersama. Setelah kami dan rombongan dari Jakarta siap, kami pun mulai melanjutkan perjalanan sekiar pukul 10.00. Kami berangkat 6 orang, yaitu saya, Rudy, Dwi, Bakti, Boy dan Ayam. 


Di awal perjalanan kita akan melewati perkebunan warga, sampai akhirnya kita mulai memasuki hutan pinus yang tidak terlalu lebat. Saat itu Bakti dan Boy berjalan lebih dahulu, sedangkan kami berjalan santai karena menemani Dwi yang kakinya sedang cidera sehingga harus berjalan pelan-pelan, dan kami sepakat untuk bertemu di pos 1. Setelah hampir 3 jam kami berjalan, sampailah kami di pos 1. Melihat kondisi Dwi yang sepertinya tidak mungkin untuk melanjutkan perjalanan, akhirnya kami sepakat untuk melanjutkan perjalanan tanpa Dwi. Ayam akan menemani Dwi dan menunggu kami di pos 1.



Tepat pukul 15.00 kami mulai berjalan dari pos 1, hutan yang kami lewati mulai lebat sehingga cahaya matahari yang masuk pun sangat sedikit. Kami berjalana lebih cepat dari biasanya, agar sampai di pos 5 tidak terlalu malam. Setelah hampir 4 jam berjalan, sampailah kita di pos 5 yang merupakan tempat  yang biasanya digunakan para pendaki untuk mendirikan tenda. Disana tidak terlalu ramai, karena banyak pendaki yang memilih untuk melanjutkan perjalanan dan camp di pos 7 agar besoknya saat summit tidak terlalu jauh untuk sampai puncak. Namun karena kami sudah mulai kelelahan, kami memilih untuk camp di pos 5. Di pos 5 terdapat bangunan yang cukup untuk mendirikan dua tenda didalamnya. Warga setempat memang sengaja membangun pos tersebut, karena di sekitar pos 4 sampai pos 7 banyak babi hutan atau celeng yang berkeliaran. Tidak jarang para pendaki yang bertemu dengan babi hutan, tendanya ditarik-tarik, bahkan ada pula yang dikejar. 
Setelah tidur semalaman, ternyata kami bangun kesiangan. Kami mulai berjalan jam 09.00, sudah sangat terang dan cukup panas. Perjalanan masih berupa hutan, kami menempuhnya sekitar 1,5 jam hingga sampai pos 9, yang merupakan pos terakhir dan batas vegetasi antara hutan dengan puncak. Setelah pos 9 perjalanan mulai menanjak lurus ke atas, dengan medan berupa pasir dan bebatuan, sedikit mirip dengan puncak Semeru atau Rinjani, namun jarak sampai ke puncak tidak terlalu jauh.


Setelah 1 jam menanjak, sampailah kami di puncak Slamet, puncak tertinggi di Jawa Tengah. Subhanallah ini adalah moment yang paling kami nanti, bisa sampai di puncak, berada diatas awan dan melihat kawah Gunung Slamet yang baru beberapa hari meletus. Tidak hanya itu, lagi-lagi saya merasakan betapa indahnya suasana di puncak gunung, melihat gunung Sindoro, Sumbing, Ciremai dan Merbabu menjulang tinggi, seakan menyapa saya untuk melakukan hal yang sama, mendaki sampai puncaknya, “ya, saya akan kesana nanti” begitu saya katakan dalam hati.




Ritual yang kami lakukan tetap sama, duduk santai menikmati suasana di puncak, sembari mengobrol santai, sambil menikmati Nutrisari dan Nutrijel yang sengaja kami siapkan untuk dinikmati dipuncak. Dan ritual terakhir adalah mengabadikan moment bahagia ini dengan foto-foto :D. Setelah puas di puncak, kami pun bergegas turun, agar bisa sampai basecamp Bambangan tidak terlalu malam. Sekitar jam 13.00 kami mulai turun, sedikit lari dan memang paling asik ketika turun adalah dengan sedikit lari, sambil sesekali jatuh karena terpeleset, hehe. 


Hanya membutuhkan 1,5 jam untuk turun sampai di pos 5. Kemudian kami packing dan bersiap-siap untuk turun ke basecamp. Tepat pukul 16.00 kami mulai turun dari pos 5, sedikit lari namun tetap hati-hati, karena pos 5 sampai pos 1 adalah hutan lebat, sehingga banyak akar dan ranting besar yang membuat kita tersangkut. Sekitar pukul 17.00 kami sudah sampai di pos 1. Ternyata Boy, Bakti, Ayam dan Dwi sudah trurun meninggalkan kami. Akhirnya kami turun bersama rombongan lain dari Jakarta, kami pun harus turun pelan-pelan, karena di rombongan ini banyak yang kakinya cidera, hingga akhirnya waktu yang seharusnya bisa kami tempuh sekitar 1,5 jam, harus molor hampir 3,5 jam, dan sampailah kami di basecamp jam 21.00 malam. Sesampainya di basecamp kami langsung makan, mandi dan bergegas tidur karena besok jam 06.00 kami harus nebeng rombongan dari Jakarta, share cost lah biar lebih hemat hehe. 


Mobil menjemput kami sekitar jam 06.00 pagi. Kami pulang dengan menggunakan mobil bak terbuka, selain lebih asik dan lebih murah, pak sopir siap mengantarkan kami sampai di Stasiun Purwokerto. Dan lucunya, 5 menit sebelum sampai Stasiun Purwokerto, ternyata ada opersai resmi dari kepolisian, akhirnya kami pun ditilang, karena mobil yang kami gunakan adalah mobil pengangkut hewan, bukan untuk mengangkut orang hehe, kasian pak sopir :D. Dan akhirnya sampailah di Stasiun Purwokerto, disini kami pun berpisah untuk melanjutkan perjalanan ke kota masing-masing. Sampai jumpa di pendakian berikutnya :D

Estimasi Biaya :
Ø  Kereta Logawa : 80rb/orang (PP 160rb)
Ø  Transport di Stasiun ke Basecamp Bambangan :
1.   Kalo orangnya sedikit, dari Stasiun bisa langsung ke Terminal Purwokerto, bisa naik angkot (5rb/org), taxi (30rb/mobil) atau mobil Avanza (40rb/mobil). Dari stasiun purwokerto naik bus jurusan Purbalingga (20rb/org) dan turun di pertigaan Serayu. Dari pertigaan Serayu ke basecamp Bambangan bisa naik ojek (50rb/org) atau naik mobil carry (150rb/mobil).
2. Kalo orangnya banyak, bisa langsung sewa mobil Avanza (300rb/mobil) atau mobil bak terbuka (250rb/mobil) untuk sekali keberangkatan dan bisa langsung nganter sampai di basecamp bambangan.
3.   Biaya perijinan : 5rb/orang/mendaki

Estimasi Waktu Perjalanan :
Ø  Dari Surabaya ke Stasiun Purwokerto : 9 jam
Ø  Dari Stasiun Purwokerto ke Basecamp : 2,5 jam
Ø  Dari Basecamp ke pos 1 : 2,5 jam
Ø  Dari pos 1 ke pos 5 (tempat camp) : 4 jam
Ø  Dari po 5 ke puncak Slamet : 2,5 jam
Ø  Total waktu pendakian : 2 hari 1 malam

NB :
Ø  Di pos 4 sampai pos 7 banyak babi hutan berkeliaran. Jangan membawa ikan asin, sarden atau makanan dengan bau menyengat lainnya guna menghindari datangnya babi hutan.
Ø  Jika terpaksa harus bertemu dengan babi hutan, jangan lari, karena justru akan dikejar. Buatlah semacam bunyian sekencang mungkin (memukul kaleng dll), agar babi hutan lari menjauh.
Ø  Gunung Slamet termasuk gunung dengan hawa yang cukup dingin, jadi bawalah perlengkapan yang memadai, seperti jaket, Sleeping Bag dan Tenda lengkap dengan covernya.
Ø  Bawalah air dari basecamp seperlunya, karena diatas sulit untuk menemukam mata air. Standartnya 3 botol besar untuk satu orang.